Limbah anorganik adalah hal yang sudah kerap kali menjadi bahan perdebatan, tidak hanya di Indonesia namun juga dunia. Limbah anorganik membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat terurai, memberikan berbagai dampak buruk yang tidak hanya untuk manusia saja, namun juga hewan dan lingkungan.
Apakah kamu tahu apa itu limbah anorganik, jenis, ciri-ciri, serta yang membedakannya dengan limbah organik? Kali ini, mari kita menambah pengetahuan secara lebih mendalam terkait permasalahan limbah anorganik.
Limbah Anorganik: Apa itu, ciri, dampak, dan bagaimana menanganinya?
Pada artikel kali ini mari kita menambah pengetahuan secara lebih mendalam tentang berbagai hal terkait limbah anorganik.
Limbah Anorganik itu apa sih?
Berbagai limbah yang berasal dari hal-hal yang non-biologis, seperti limbah industri atau limbah-limbah yang tidak melewati proses alami. Limbah anorganik memiliki bahan dasar yang terbuat dari berbagai zat kimia dan berasal dari mineral, serta memiliki kandungan-kandungan non-hayati. Berbeda dengan limbah organik, komposisi dari limbah jenis ini berasal dari hewan maupun tumbuhan.
Ciri-ciri dari limbah anorganik
Limbah anorganik biasanya berasal dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Baik limbah dari kegiatan industri, maupun sampah rumah tangga. Berbagai limbah ini biasa memiliki struktur yang padat dan berstruktur keras.
Karena berasal dari berbagai kandungan zat kimia, hal ini membuat benda-benda yang sudah tidak digunakan tersebut menjadi sulit untuk terurai. Berbagai limbah ini, lama kelamaan dapat menjadi racun, tidak hanya untuk makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan, namun untuk manusia itu sendiri.
Macam-macam limbah anorganik:
Sekarang, mari kita melihat, barang-barang apa saja yang masuk ke dalam kategori limbah anorganik, serta berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh mereka untuk membuatnya terurai.
Sampah Kertas
Kertas yang menggunakan bahan dasar batang pohon, ternyata juga membutuhkan waktu yang cukup terbilang lama untuk dapat terurai. Rata-rata, sampah kertas akan terurai selama dua hingga enam minggu.
Sampah Kaca
Berbagai sampah, dengan bahan dasar kaca dikabarkan baru dapat terurai setelah satu juta tahun. Maka dari itu, saat ini tidak sedikit dari para pebisnis berusaha untuk mendaur ulang sampah kaca untuk membantu meminimalisir sampah yang sulit terurai ini menjadi menumpuk.
Sampah Alumunium
Benda-benda dengan bahan dasar alumunium membutuhkan waktu sekitar 80 hingga 100 tahun untuk dapat terurai. Bila kamu melihat banyak minuman dengan kaleng alumunium terpajang pada rak supermarket, kamu bisa membayangkan seluruh sampah itu baru akan terurai saat kamu tua atau bahkan masih tetap ada walau kita sudah tiada.
Sampah Popok dan Pembalut
Popok dan pembalut memang menjadi kebutuhan banyak orang. Untuk mereka yang baru lahir hingga batita, popok dibutuhkan setiap hari, bahkan penggantian popok harus dilakukan beberapa jam sekali.
Sedangkan untuk wanita, mereka akan menghasilkan banyak sampah pembalut pada kurun waktu tertentu setiap bulannya. Pernahkah kamu membayangkan berapa banyak sampah yang kita hasilkan, bila ini semua terkumpul?
Sampah popok dan pembalut membutuhkan waktu antara 200 hingga 500 tahun untuk dapat terurai.
Sampah Plastik
Waktu plastik terurai pun dapat bermacam-macam. Kantong plastik yang biasa kamu jadikan sebagai kantong belanja memerlukan waktu 10 hingga 20 tahun untuk dapat terurai. Plastik pada kategori lainnya seperti packaging deterjen, pembersih lantai, sabun cuci piring, dan sejenisnya memerlukan waktu sekitar 50 hingga 100 tahun, agar plastik dapat terurai.
Berbagai macam produk dengan bahan dasar plastik, adalah produk yang sangat berpolusi. Bahkan, walaupun kamu menguburnya, ia bisa memakan waktu hingga seribu tahun agar dapat terurai. Bahkan, ada yang menyatakan beberapa barang yang terbuat dari plastik, tidak dapat terurai.
Sampah Baterai
Saat kamu mengganti baterai pada remote AC, atau TV dan membuang baterai lama yang telah habis, ternyata benda ini baru dapat terurai setelah 100 tahun lamanya. Bayangkan, sampah baterai kamu akan bertahan dengan keadaan seperti sekarang hingga seratus tahun kedepan.
Styrofoam
Pastinya sudah bukan hal yang asing lagi, ketika kamu membeli makanan di luar rumah dan sang penjual mewadahinya dengan tempat berbahan dasar styrofoam. Tahukah kamu, dibalik kepraktisan dari penggunaan styrofoam, ternyata benda ini tidak dapat terurai.
Lalu, apa dampak negatif dari semua limbah anorganik ini?
Limbah anorganik memberikan dampak buruk tidak hanya pada lingkungan, namun juga hewan yang hidup pada lingkungan tersebut, bahkan juga pada manusia itu sendiri.
Banyak orang, berusaha untuk menghilangkan limbah anorganik dengan berbagai cara. Membakarnya, membuangnya ke laut, hingga menimbunnya.
Membakar limbah anorganik dapat menimbulkan pencemaran udara. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah-sampah ini bisa membahayakan kesehatan, terlebih untuk jantung dan paru-paru.
Berbagai polutan yang terkandung pada limbah tersebut dapat membahayakan kesehatan karena memiliki kandungan yang beracun.
Membuang limbah anorganik ke laut atau sungai, dapat meningkatkan pencemaran air. Air yang berfungsi sebagai salah satu sumber kehidupan manusia, untuk minum, mandi, mencuci, serta kebutuhan lainnya menjadi berbahaya untuk digunakan.
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) mengatakan bahwa 2,2 miliar orang tidak mempunyai akses pada layanan air minum yang layak. Jumlah air bersih yang tersedia, sangat kurang dengan jumlah yang seharusnya dibutuhkan.
Para ahli menyatakan bahwa 4,8 -12,7 juta ton sampah, masuk ke laut setiap tahunnya. Plastik yang perlahan-lahan memecah akan menghasilkan mikroplastik. Mikroplastik ini, pada akhirnya dapat termakan kembali oleh manusia dan dapat membahayakan kesehatan kita semua.
Tidak hanya bagi manusia namun juga binatang, banyak hewan mati karena tidak sengaja memakan limbah anorganik yang diproduksi oleh manusia. Sampah-sampah ini membawa penyakit kepada para hewan, hingga akhirnya mati.
Selain itu, limbah anorganik yang berusaha untuk ditimbun juga memberikan dampak negatif berupa pencemaran tanah. Air tanah bisa mengandung racun karena tanah telah terkontaminasi dengan berbagai macam limbah anorganik yang memiliki kandungan beracun.
Keseimbangan ekosistem pun dapat terganggu, termasuk memberikan dampak pada pertumbuhan tanaman-tanaman. Dengan menimbun limbah anorganik, bukan berarti limbah menjadi hilang dan masalah terselesaikan.
Kesuburan tanah akan terganggu, yang hingga pada akhirnya dampak negatif itu akan kembali lagi kepada manusia. Maka dari itu, penting sekali untuk memperhatikan limbah-limbah anorganik dan mulai peduli dengan masalah ini.
Bagaimana menanganinya?
Mari beralih menggunakan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, kurangi penggunaan barang-barang yang terbuat dari plastik, alumunium, dan berbagai bahan lainnya yang dapat memicu limbah anorganik semakin banyak.
Hindari penggunaan berbagai kemasan sekali pakai, membawa botol minum, serta alat makan pribadi saat hendak bepergian. Kamu juga bisa mengurangi penggunaan kertas dan tisu bila memang tidak benar-benar dibutuhkan.
Gunakan berbagai alat yang bisa kamu pakai berulang kali, kamu juga bisa mencoba mendaur ulang berbagai barang yang sudah tidak terpakai atau mengalih fungsikannya. Misal, menjadikan botol kaca bekas tempat kecap milik kamu menjadi vas bunga.
Yuk, mulai peduli dengan pengurangan Limbah Anorganik, bersama ruparupa.com.