Gejala Varian Omicron Menurut WHO, KEMENKES dan Ahli Kesehatan

0
3732

Lebih dari 200 kasus omicron terjadi di seluruh dunia. Setidaknya, lebih dari 20 negara sudah mengonfirmasi masuknya varian ini. Namun, Anda tidak perlu panik karena sejauh ini gejala varian Omicron masuk dalam kategori ringan. 

Pertama kali, varian Covid Omicorn muncul di benua Afrika dengan gejala berbeda dari varian lainnya. Hal ini diungkapkan oleh WHO dan pakar kesehatan lainnya, yang melakukan penelitian tentang varian baru tersebut.

Ruparupa Banner

Namun, kita tetap perlu waspada terhadap varian virus covid ini. 

Gejala Varian Omicron Menurut WHO, Ahli Kesehatan dan Kemenkes

Varian omricon

Untuk mengetahui informasi gejala varian ini lebih lengkap, Anda bisa membaca artikel berikut.

Menurut Dr. Angelique Coetzee, orang yang pertama kali menemukan varian Omicron.

Dr. Angelique Coetzee, seorang dokter dan Ketua Asosiasi Medis di Afrika Selatan, merupakan orang pertama yang menemukan varian virus Covid-19 baru ini.

Ia mulai mencurigai varian baru tersebut ketika memeriksa tujuh pasien Covid di kliniknya, yang datang dengan gejala Covid-19 berbeda dari varian lainya, termasuk Delta. 

Ia mengungkapkan bahwa pasiennya, yang terpapar varian Omricon, mengalami kelelahan hebat dan ekstrim, nyeri otot, batuk kering, dan tenggorokan gatal. Menurutnya, gejala tersebut ‘sangat ringan’.

Dr. Coetzee juga mengatakan bahwa varian ini tidak seperti varian delta, yang mengalami kehilangan indra penciuman, perasa, serta penurunan kadar oksigen  secara signifikan. Menurutnya, sejauh ini semua pasiennya tersebut dapat melakukan perawatan mandiri di rumah.  

Ia juga mengatakan bahwa rata-rata pasien Omicron yang ia tangani berusia di bawah 40 tahun dan mereka yang belum menerima vaksinasi covid-19.

Namun, tentunya hal ini masih belum pasti karena untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif dan akurat, membutuhkan observasi selama delapan hingga sepuluh minggu ke depan. 

Menurut Departemen Kesehatan Afrika Selatan Tentang Varian Terbaru Ini.

Dr. Unben Pillay, yang merupakan dokter umum di Afrika Selatan, mengungkapkan jika gejala yang terjadi pada pasien Omicron unik dan berbeda dengan varian Covid lainnya.

Menurutnya, kebanyakan pasien yang datang hanya mengalami demam, berkeringat di malam hari, dan nyeri pada tubuh. Namun, tentunya gejala ini akan lebih ringan pada orang yang telah menerima vaksin Covid 19.

Namun, menurut Dr. Unben, varian ini dapat memungkinkan terjadinya transmisi yang lebih tinggi karena terdapat peningkatan kasus Covid yang sangat tajam dalam beberapa hari terakhir. Hal serupa juga ditegaskan oleh ahli epidemiologi, Salim Abdool Karim, dalam kesempatan yang sama. 

Meski begitu, sejauh ini varian Omicron tidak memberikan efek keparahan yang tinggi. Terlihat dari tingkat rawat inap yang sangat rendah dan belum ada kematian akibat varian baru ini.

Varian Omicron Menurut WHO (World Health Organization).

organisasi kesehatan dunia

Meskipun banyak pihak yang mengungkapkan gejala varian Omicron tergolong ringan, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru memperingatkan kalau masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang varian covid tersebut. 

Menurut WHO, butuh waktu lebih buat memahami lebih lanjut tentang varian Omicron. Selain itu, WHO juga mengungkapkan bahwa pengamatan awal yang dilakukan oleh Dr. Angelique Coetzee masih berdasarkan sejumlah kasus kecil, yang mungkin saja dapat terus bermutasi. 

Untuk itulah, saat ini WHO bekerja sama dengan para peneliti dari berbagai dunia buat mempelajari dan mencari tahu tentang varian Omicron ini.

Gejala Omicorn Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

gejala varian omicron

Siti Nadia Tarmizi, yang merupakan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan kalau varian Omicron yang sedang menjadi pusat perhatian seluruh dunia ini, tidak menunjukan gejala berat dan tingkat keparahan individu yang tinggi, terutama bagi orang yang sudah menerima vaksin covid-19.

Meskipun begitu, varian Omicron tetap dianggap cepat menular. Untuk mencegahnya, masyarakat tetap perlu mendapatkan vaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan setiap saat.

Inilah yang mendorong pemerintah untuk terus berupaya mempercepat program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.  Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat terhadap virus SARS-CoV-2 dan mutasi barunya.

Menurut Epidemiologi dari Griffith University Australia Tentang Varian Omicron.

Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa varian Omicron atau B.1.1.529 yang menyerang seluruh dunia ini, berpotensi menjadi masalah besar, meski gejala dari varian baru ini terbilang cukup ringan.

Untuk itulah, masyarakat tidak boleh lengah. Apalagi, varian Omicron juga masuk dalam kategori VOC (Varian of concern) akibat penularannya yang mencapai 500 persen dibandingkan dengan varian Delta atau virus SARS-CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, pada tahun 2019 lalu. 

Ia meminta agar masyarakat tetap waspada terhadap penyebaran virus Corona dengan cara menjalankan 6M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, membatasi mobilitas, menjauhi kerumunan, dan menghindari makan bersama.

Selain itu, jangan lupa untuk segera mendaftarkan diri dalam vaksinasi untuk mencegah penularan virus yang semakin cepat.

Apalagi, sudah banyak penelitian yang menunjukan, kalau orang yang menerima vaksin Covid-19 memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, serta bisa mengurangi gejala yang lebih berat saat terinfeksi virus ini.

Saat ini, sudah tersedia berbagai jenis vaksin yang dapat Anda pilih sesuai dengan kondisi kesehatan dan umur. Misalnya, vaksin covid untuk ibu hamil, dan vaksin covid untuk anak-anak, yang dapat memperkuat daya tahan tubuh terhadap virus korona. 

Yuk, tetap jaga imun tubuh dan lakukan protokol kesehatan di mana pun Anda berada.